Laman

Selasa, 11 Juli 2017

Sikap Terhadap Kemenangan dan Kesuksesan Dakwah

Buku "Beginilah Seharusnya Aktivis Dakwah"
Sejatinya setiap kemenangan yang kita raih bukanlah kemenangan kita, melainkan itu adalah kemenangan atau pertolongan Allah swt. Kita hanya menjadi sarana bagi Allah untuk mewujudkan kemenangan itu. Maka beruntunglah kita dipilih oleh Allah menjadi pelaku tercapainya setiap kemenangan itu. Setiap usaha yang kita lakukan dalam dakwah dan perjuangan ini hanyalah menjadi pembelajaran dan proses bagi kita serta bentuk pengabdian kepada Allah swt. Maka tentu kita berharap akan terus dipilih oleh Allah untuk mewujudkan kemenangan-kemenangan berikutnya dalam dakwah.
Tiada kemenangan dan kesuksesan kecuali hanya dengan pertolongan Allah kepada kita umat Islam. Jika dibandingkan, lebih banyak pertolongan Allah daripada kegagalan atau cobaan yang Allah berikan kepada kita. Perjalanan dakwah yang masih tetap eksis hingga ssat ini merupakan salahsatu bentuk kesuksesan dakwah. Allah terus memberikan pertolongan dengan semakin bertambahnya aktivis dakwah dan banyaknya orang-orang yang peduli dan simpatik dengan dakwah. Perlu diketahuai bahwa kesuksesan bagaikan pedang bermata dua, ia dapat membunuh orang yang lalai dengan kesuksesan itu, namun disisi lain dapat membantu kita meraih kesuksesan berikutnya.
            Sikap yang benar terhadap kesuksesan sangat dibutuhkan agar kesuksesan tersebut tidak membunuh kita. Allah telah menjelaskan sikap yang benar terhadap kemenangan dalam surah an-Nashr ayat 1-3.
Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu melihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima Tobat.” (Q.s an-Nashr : 1-3)
            Surat an-Nashr ini menjelaskan bagaimana sikap yang benar menghadapi kemenangan dan pertolongan Allah. Menurut Sayyid Quthb, dalam kitab Fil Zhilalil Qur’an, pada ayat pertama (Apabila telah datang pertolongan Allah...) menunjukkan adanya wawasan (tashawwur) khusus tentang arti kemenangan. “Ini adalah Allah yang didatangkan oleh-Nya pada waktu yang ditentukan-Nya, dalam bentuk yang dikehendaki-Nya, untuk tujuan yang digariskan-Nya. Nabi dan para shabat tidak meiliki kewenangan  apapun dalam hal ini. Tangan mereka tidak ikut menentukan , usaha mereka tidak turut memastikan, diri mereka tidak ikut andil dan jiwa mereka tidak turut ambil bagian,” kata Sayyid Quthb. Inilah hakekat kemenangan yang sebenarnya, yaitu hanya dengan pertolongan Allah kemenangan dan kesuksesan itu dapat diraih.
            Setalah kita memiliki wawasan yang benar tentang arti kemenangan, Allah memerintahkan kita untuk memiliki sikap yang benar dalam meghadapi kemenangan. Hal ini terdapat dalam ayat 3 surat an-Nashr (maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya).
Mengenai ayat ini Sayyid Quthb berkata, "bertasbih dan bertahmid karena atas karunia Allah telah menjadikan mereka (Rasulullah dan para Sahabat) sebagai pemegang amanat untuk melaksanakan dakwah-Nya dan menjaga agama-Nya. Juga atas rahmat-Nya memberikan kemenangan agama dan Rasul-Nya untuk kepentingan seluruh umat manusia". Kemudian Sayyid Quthb mrnlanjutkan, "setelah itu, beristighfar, memohon ampun kepada Allah karena banyaknya perasaan yang campur aduk dalam jiwa, yang rumit dan halus jalan masuknya. Beristighfar dari rasa bangga dan sombong yang kadang-kadang mengiringi qalbu atau menyelinap ke dalam hati ketika mendapat kemenangan."
Karena sungguh tidak ada celah sedikit pun bagi kita untuk sombong dengan menganggap kemenangan itu berkat upaya kita, baik upaya individual maupun jamaah. Kemenangan yang kita peroleh hakikatnya hanyalah pertolongan/kemenangan Allah swt.
Inilah beberapa hal penting bagi kita sebagai penerus aktivitas dakwah Rasul yang harus diperhatikan dan diwujudkan dalam setiap sikap kita mencapai kemenangam dakwah. Hadapilah kemenangan tersebut dengan bertasbih, bertahmaid dan beristighfar, karena sesungguhnya kemenangan itu hanyalah kemenangan dari Allah swt. kita sebagai manusia ciptaan Allah tidak sepatutnya membanggakan diri dan bersikap sombong atas peran dan andil kita dalam mencapai kemenangan.
Inilah yang dilakukan Rasulullah ketika menghadapi kemenangan (Fathu Makkah) beliau menundukkan diri dan bersujud syukur kepada Allah atas pertolongan yang teah diberikan. Kemudian beliau Rasulullah memperbanyak istighfar, tasbih dan tahmid. Rasulullah telah memberikan contoh sikap yang benar dalam menghadapi setiap kemenangan yang Allah wujudkan melalui perantara kita (aktivis dakwah)
Wallahu ‘alam bishowwab....!!!! semoga Allah merahmati setiap langkah kita.. aamiin...!!

Penulis : adh_Dhan al_Khalid
Sumber : buku ‘Beginilah Seharusnya Aktivis Dakwah’ karya Satria Hadi Lubis.


Sabtu, 08 Juli 2017

SHALAT DAN SHABAR

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS Al Baqarah:45-46)
Kita sering kali mencari pertolongan ke sana ke mari saat kita ditimpa masalah, namun kita (mungkin hanya saya), malah sering lupa untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT melalui shalat dan shabar. Shalat adalah bukti ketundukan kita kepada Allah SWT, shalat adalah do’a, shalat adalah ibadah yang bukan hanya memuji Allah SWT tetapi juga berisi permintaan-permintaan kita kepada Allah SWT.
Alangkah indahnya dalam sujud dan ruku’ kita mensucikan dan memuji Allah sebagai simbol ketundukan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jangankan kepada makhluq-Nya yang tunduk dan taat, bahkan kepada orang-orang yang membangkang pun dengan segala kesombongannya, Allah masih memberikan nikmat tiada tara.
Mungkin kita perlu membenahi shalat kita, agar sesuai dengan syariat dan menjalankannya dengan penuh kekhusyuan. Kita seharusnya malu jika masih setengah-setengah menjalankan shalat, mengabaikannya, tidak peduli apakah shalat kita sudah benar atau tidak, dan shalat hanya penggugur kewajiban.
Sudahkah shalat kita sesuai syariat?
Sudahkah kita yakin bahwa shalat kita sudah sesuai dengan syariat? Marilah kita bertanya, apakah takbiratul ihram kita sudah benar? Jika ya, tahukah Anda ayat atau hadits yang membuktikan bahwa takbiratur ihram kita itu sudah benar? Jika kita masih ragu atau masih belum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, berarti kita masih perlu belajar, masih perlu membuka buku-buku fiqh dari ulama terpercaya.
Inspirasi buat saya, meski sudah seperempat abad saya shalat, saya harus tetap mempelajari bagaimana cara shalat yang benar. Saya harus membaca buku dan bertanya, bagaimana shalat yang benar, dengan mengetahui dalil-dalil yang membuktikan kebenaran tersebut.

Sudahkah shalat kita khusyu’
Bukan sembarang shalat yang akan menjadi penolong kita. Dalam ayat tersebut, disebutkan bahwa orang yang bisa menjadikan shabar dan shalat sebagai penolong ialah mereka yang khusyu’. Tidak ada ukuran baku dalam shalat khusyu’, oleh karena itu kembali kita meminta kepada Allah SWT agar menjadikan shalat kita dengan khusyu’.
Shalat yang khusyu adalah shalat yang dikerjakan dalam nuansa harap, cemas, dan cinta, serta dengan takbir yang sempurna, lantunan ayat yang tartil, ruku’ dengan tawadhu, sujud dengan diliputi kerendahan hati dan keikhlasan. Tentu tidak lupa harus sesuai dengan syariat. Sebagai tip agar shalat kita lebih khusyu’ ialah dengan menganggap bahwa shalat yang kita lakukan adalah shalat yang terakhir, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw,
Jika kamu berdiri untuk melaksanakan shalat, maka shalatlah sperti shalatnya orang-orang yang akan berpisah (meninggal). (HR Ibnu Majah)
Subhanallah. Allah sudah menyediakan suatu solusi kepada kita, untuk setiap masalah yang dihadapi. Cara yang lengkap, bukan hanya mengajarkan apa yang harus dilakukan, tetapi juga bagaimana melakukannya dengan baik yang benar.
Masihkah kita takut dengan masalah? Masihkah kita menghindari masalah. Masihkan kita frustasi dengan masalah? Padahal Allah SWT sudah memberikan solusi bagi kita? Jalani hidup. Hadapi masalah. Jangan menjadi pengecut sehingga kita tidak berkarya, tidak mencoba berbuat sesuatu yang besar karena takut masalah menghadap kita. Banyak pemuda yang enggan menikah karena alasan belum siap, padahal solusi sudah disiapkan oleh Allah SWT. Banyak orang yang tidak mau memikul beban dakwah, padahal solusi sudah disiapkan oleh Allah SWT.
Saat Rasulullah saw dan para sahabat hijrah, mereka meninggalkan kampung halaman, meninggal harta benda, dan meninggalkan keluarga. Mereka mengambil resiko untuk meraih sesuatu yang lebih besar. Mereka tahu, masalah bisa saja muncul baik saat hijrah dan setelahnya. Tetapi mereka tetap menjalaninya, karena mereka yakin masalah yang akan ditemui, Allah SWT sudah menyiapkan solusinya.
Rasulullah saw selalu menjadikan shalat sebagai solusi berbagai masalah seperti yang kita baca dalam berbagai riwayat. Hudzaifa bin Al Yaman menceritakan, “Jika Rasulullah saw ditimpa sebuah kesulitan beliau bersegera melaksanakan shalat.” Begitu juga yang diriwayatkan oleh Haritsah bin Madhrib, “Aku mendengar Ali ra. berkata, ‘Kamu melihat kami dan segala keadaan kami pada malam perang Badar kecuali Rasulullah saw, beliau mengerjakan shalat dan berdo’a hingga datang waktu subuh.’
Sering kali saya mendengar jika seseorang sakit dia seolah-olah ada alasan untuk tidak shalat. Padahal justru shalat bisa mengobati penyakit, seperti apa yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah saat dirinya sedang sakit perut. Rasulullah saw. bertanya, “Apa kamu sakit perut?” Ia menjawab. “Benar.” Beliau bersabda, “Berdirilah dam kerjakan shalat. Sesungguhnya dalam shalat itu terdapat kesembuhan.”
Allahuakbar. Marilah kita hadapi hidup dengan tegar. Biarkan masalah datang, tidak usah kita hindari apa lagi lari dari masalah. Saat kita lari dari masalah, sebenarnya hanya menuju ke masalah yang lain yang mungkin saja lebih besar dari masalah yang kita hadapi saat ini. Kita sudah memiliki solusi dari setiap masalah yang muncul yang sudah disiapkan oleh Allah SWT untuk kita. Marilah jalani hidup dengan lebih semangat dan optimis. Tidak ada alasan untuk tidak.
Saat kesulitan menghimpit, bersabarlah….
Saat kita menghadapi masalah. Saat kita memerlukan pertolongan, yang kita bisa lakukan selain shalat adalah bershabar. Memang ada yang lain? Usaha! Yah usaha, yang sebenarnya usaha adalah bagian dari shabar. Hanya saja usaha dalam rangka shabar lebih bermakna ketimbang hanya usaha saja yang bisa saja membuat kita frustasi.
Memang, makna kesabaran bukanlah kita diam, pasrah, dan menyerah. Shabar bersanding dengan usaha bahkan dalam berbagai ayat kita temukan shabar sering disandingkan dengan kata jihad. Inilah maknanya buat kita,
Usaha/Jihad + Shabar = Pertolongan Allah SWT
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (QS. Ali 'Imraan: 200)
Jadi janganlah cepat menyerah. Majulah terus, usahalah terus, sebab jika kita shabar insya Allah, Allah SWT akan menolong kita karena ini yang diperintahkan-Nya kepada kita. Kenapa harus takut jika ada jaminan dari Allah? Kenapa harus ragu jika Allah SWT akan menolong kita? Ini bukan kata saya, ini ayat Al Quran, yang ditujukan untuk kita semua.
Dengan bershabar, kita akan menjadi lebih semangat dalam menjalani hidup. Bagaimana tidak, pertolongan Allah SWT sudah di depan mata. Tinggal sejauh mana kita bisa meraih pertolongan tersebut dengan kesabaran kita.

Sumber buku  : ebook  “Merenungi Ayat-Ayat Inspirator Vol.1”
Halaman         : 6 - 9

Penulis Buku  : Rahmat